Saturday, July 28, 2018

Perbedaan Herbisida Sistemik dengan Herbisida Kontak

Klasifikasi herbisida berdasarkan cara kerja translokasi didalam tubuh tumbuhan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu herbisida kontan dan herbisida sistemik. Pada kesempatan kali ini, sedikit akan dibahas tentang perbedaan cara kerja dari kedua herbisida tersebut. Dengan mengetahui cara kerjanya kita jadi lebih memahami efek yang ditimbulkan pada tanaman saat kita memberikan herbisida tersebut.

Jenis dan Klasifikasi Herbisida Berdasarkan Cara Kerjanya

Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang mengendalikan gulma, dengan cara membunuh pada bagian gulma yang terkena herbisida ini secara langsung. Herbisida kontak sangat cocok bagi anda yang menginginkan gulma cepat layu dan mati. Cara kerjanya yaitu dengan mematikan jaringan-jaringan yang mengalami kontak langsung dengan herbisida ini, terutama pada bagian yang hijau.

herbisida kontak dan herbisida sistemik


Jenis gulma dengan perakaran yang tidak luas sangat cocok dibasmi dengan herbisida kontak. Bahan aktif yang terkandung dalam herbisida ini tidak dapat di translokasikan kebagian tubuh gulma lainnya. Agar bahan aktif tersebut dapat menyebar secara merata pada bagian gulma, diperlukan pelarut berupa air dengan dosis yang lebih besar dari herbisida sistemik.

Salah satu kelemahan menggunakan jenis herbisida kontak adalah gulma dapat dengan cepat datang kembali. Ini dikarenakan bagian gulma yang mati hanya pada bagian yang terkena semprotan saja. Sedangkan bagian bawah seperti akar tidak terpengaruh oleh efek herbisida ini. Tentu saja hal ini membuat herbisida dapat dengan mudah tumbuh kebali.

Herbisida Sistemik 

Herbisida sistemik adalah herbisida yang bekerja dengan cara masuk kedalam jaringan dan menyebar menuju seluruh bagian tubuh gulma. Efek yang ditimbulkan oleh herbisida ini biasanya akan cepat terlihat pada bagian daun yang berwarna hijau. Biasanya dalam 2-3 jam setelah penyemprotan, gulma akan terlihat layu dan mati dalam waktu 3 hari. Namun efek ini hanya semetara, gulma akan muncul kembali biasanya antara 2-3 minggu kemudian.

Dampak herbisida sistemik terhadap gulma memang lebih bertahan lama dibanding dengan herbisida kontak. Herbisida ini akan masuk kedalam jaringan tubuh dan mentranslokasikan bahan aktif keseluruh bagian gulma. Baian utama yang diserang adalah bagian yang aktif berfotosintesis seperti daun, pucuk dan tunas. Selain itu bahan aktifnya juga akan melumpuhkan akar gulma sehingga gulma akan mulai layu dan mati.

Yang menjadi kelebihan dari herbisida sistemik adalah proses munculnya kembali gulma yang relatif lebih lama. Selain itu, penggunaan herbisida sistemik dapat menghemat waktu, tenaga dan juga biaya. Untuk penggunaannya cukup diberi sedikit air sebagai pelarut agar tidak terlalu kental saat dilakukan penyemprotan.

Beberapa hala yang perlu diperhatikan sebelum pemberian jenis pestisida ini adalah faktor cuaca. Pastikan penyemprotan dilakukan pada saat cuaca cerah dan kemungkinan terjadi hujan sangat kecil. Selain itu area yang akan disemprot mesti dalam keadaan kering dan gunakan air bersih sebagai pelarutnya.

Beberapa contoh herbisida yang cukup mudah ditemukan dipasaran adalah Round up, Sulfosat, Glifosat, Polaris dall. Penggunaan herbisida sistemik juga dapat dicampur dengan 2,4D amina maupun dengan herbisida metsulfuron.

Panduan Praktis Tumpangsari Bawang Merah dan Cabai

Bawang merah dan Cabai merupakan 2 jenis tanaman yang bernilai ekonomis tinggi. Ini dikarenakan kedua bahan masakan ini begitu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran jika dalam momen-momen tertentu seperti hari raya kedua tanaman ini mengalami kenaikan harga. Namun terkadang para petani sering mengeluhkan lesunya hasil panen dari bawang merah, peurunan hasil panen ini tentu saja dipengaruhi banyak faktor.

Melihat permasalahan ini, munculah ide dalam menggabungkan 2 jenis tanaman dalam satu lahan atau populer disebut tumpangsari. Idenya adalah dengan menanam tanaman cabai pada sela-sela tanaman bawang merah atau sebaliknya. Terbukti kedua tanaman ini bisa dibudidayakan secara bersama dalam 1 lahan. Untuk anda yang ingin mencobanya, mungkin beberapa panduan dasar dibawah ini bisa menambah pengetahuan sebelum memulai tumpang sari bawang merah dan cabai.

tumpang sari cabai dan bawang merah

Tumpangsari Cabai dan Bawang Merah

Tumpangsari cabai dan bawang merah tidaklah terlalu sulit untuk dilakukan. Proses budidaya kedua bahan pangan ini pun terbilang sama dengan proses pembudidayaan jenis tanaman lain pada umumnya. Untuk lebih jelas tentang proses budidaya mulai dari pengolahan lahan hingga panen, dapat anda simak pada pembahasan ini.

Pengolahan Lahan

Seperti pada tumpangsari tanaman jagung, pengolahan lahan juga dilakukan dengan cara membersihkan tanah dari rumput dan gulma. Selanjutnya tanah digemburkan dan dibuat bedengan selebar 1,2 meter dengan jarak antar bedngan sekitar 25 cm. Setelah itu diberikan pupuk dasar seperti kompos atau pun TSP/SP-36 dengan dosis menyesuaikan besaran lahan. Untuk pemberian pupuk dasar ini dapat dilakukan 3 hari sebelum masa tanam.

Pembibitan

Bibit bawang merah

Pemilihan bibit yang tepat tentu akan menghasilkan panen yang maksimal. Salah satu bibit yang berkualitas serta tahan hama adalah dari varietas Ampenan. Jangan memilih bibit secara sembarangan, jika tidak ingin mendapat hasil yang tidak sesuai harapan. Bibit dapat diperoleh dari toko pertanian.

Bibit Cabai

Untuk medapatkan bibit cabai dapat dibeli langsung pada toko pertanian atau dengan membuat sendiri dari panen sebelumnya. Untuk proses pembuatan bibit dapat dilakukan dengan cara membelah cabai secara membujur, lalu mengeluarkan biji nya dan dijemur hingga kering. Varietas cabai yang baik untuk dijadikan bibit adalah varietas Hibrida.

Proses Penanaman

Waktu Penanaman

Untuk waktu yang tepat melakukan penanaman tumpangsari cabai dan bawang merah adalah di penghujung musim hujan. Ini dikarenakan kedua jenis tanaman ini rangat rentan jika terendam air hujan, terutama bawang merah. Selain itu juga guna memastikan tanaman mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup.

Jarak Tanam

Untuk penanaman tumpangsari cabai dan bawang merah, tanaman pertama yang harus ditanam adalah cabai. Cara penanamannya adalah dengan membuat lubang pada bedengan dengan jarak 60 x 50 cm. Setelah itu disiram dengan menggunakan air yang terdapat pada parit diantara bedengan, lalu dilakukan penyemprotan pestisida guna mencegah serangan hama.
Setelah 3 hari, selanjutnya dilakukan penanaman bawang merah dengan jarak tanam 20 x 10 cm. Pastikan ketika menaman benih bawang, bagian pangkalnya berada diposisi bawah. Penanaman dilakukan dengan mengubur 2/3 bagian benih.

Perawatan Tanaman

Untuk melakukan perawatan dam pemeliharaan pada sitem tumpang sari cabai dan bawang merah, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pemupikan tanaman

Pemupukan dapat dilakukan sebanyak 3kali dalam satu periode penanaman. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk kandang maupun pupuk buatan dengan dosis mengikuti petunjuk pada kemasan. Pemupukan dilakukan bertahap selam 3 kali, yaitu pemupukan dasar saat pengolahan tanah, serta pemupukan susulan pada usia 20 hari dan terakhir pada saat berumur 40 hari.

Penyiangan dan Pengairan

Penyiangan juga perlu dilakuakn guna memastikan tidak ada tumbuhan pengganggu pada sekitar tanaman. Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut gulma pengganggu atau pun dengan cangkul secara hati-hati. penyiangan dapat dilakukan dua kali pada saat umut 10-15 hari dan pada saat sebelum melakukan pemupukan susulan yaitu umur 30-35 hari.
Penyiraman dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Kedua jenis tanaman tersebut menyukai air yang banyak. Meski begitu, tanaman tersebut tidak tahan dengan air tergenang. Jadi pengairan dilakukan jangan sampai membuat genangan pada lahan.

Pengedalian Hama dan Penyakit

Pada budidaya dengan sistem tumpangsari, penggunaan pestisida hanya dilakukan jika tanaman terserang hama. Beberapa jebis hama yang kerap menyerang tanaman bawang merah adalah Ulat dan Lekor. Sedangkan pada tanaman cabai, hama yang biasa menyerang adalah Ulat daun, Ulat grayuh dan ulat tanah. Untuk penyakit yang sering muncul seperti Antraknosa, Fusarium, Pitium, Bercak daun dan Keriting daun.

Proses Panen

Panen cabai dapat dilakuak setiap 3 hari sekali, dengan cara memetik buah yang sudah mulai merah. Namun pada awal masa panen sampai panen kelima, biasanya buah yang dihasilkan belum begitu banyak. Tanaman cabai biasanya berbuah maksimal ketika panen keenam hingga kedelapan, selanjutnya produksi akan semakin menurun kembali. Dalam sekali penanaman, cabai dapat dipetik atau dipanen sebanyak 15 kali.

Setelah panen ke-15, tanaman cabai akan memasuki fase trubus yaitu waktu tananam berbunga  dan mulai berbuah kembali. Masa trubus biasanya terjadi selama 30 hari, dan panen buah setelah masa trubus ini dilakukan sebelum buah berwarna merah. Ini dikarenakan setelah masa trubus, tanaman cabai lebih rentan terserang hama dan penyakit sehingga pemanenan dilakukan lebih awal.

Buah yang terjadi setelah masa trubus ini adalah buah terakhir. Artinya setelah buah itu habis, maka tanaman cabai tidak akan berproduksi lagi. Solusinya adalah dengan menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif denan tanaman yang baru. Masa produksi tanaman cabai adalah selama 6 bulan.

Friday, July 27, 2018

Cara Budidaya Jagung Tumpangsari Dengan Tanaman Lain

Tumpangsari adalah sebuah invoasi pertanian dengan memanfaatkan keterbatasan lahan untuk menanam beberapa jenis tanaman sekaligus. Prinsipnya adalah dengan menanam tanaman lain pada sela-sela tanaman utama, sehingga tidak ada lahan yang dibiarkan kosong. Salah satu tanaman yang cukup populer dijadikan tanaman tumpang sari adalah tanaman jagung. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman tumpangsari pada lahan jagung, beberapa diantaranya akan dibahas pada artikel ini.

Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang tumpang sari jagung, ada baiknya kita mengetahui dulu proses budidaya tanaman palawija ini untuk tumpang sari. Ada beberapa beberapa hal yang perlu anda perhatikan sebelum memutuskan menanam tanaman lain pada lahan budidaya jagung anda.

budidaya jagung sistem tumpangsari

Proses Budidaya Tanaman Jagung Tumpang sari

Jagung merupakan tanaman yang masuk dalam jenis palawija, meski banyak juga yang membudidayakan jagung sebagai tanaman utama mereka. Jagung memiliki akar serabut dengan 3 tipe akar, yaitu akar seminimal, akar, adventif dan akar udara.

Akar seminimal adalah akar yang tumbuh dari radikula dan embrio jagung. Sementara Akar adventif atau biasa disebut akar tunjang adalah akar yang tumbuh dari buku paling bawah, berada sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sedangkan akar udara adalah akar yang berada diluar tanah, biasanya tumbuh pada buku kedua (atau lebih) buku tang berada dipermukaan tanah. Untuk proses pembudidayaan jagung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Pemilihan bibit

Untuk memilih bibit yang baik anda dapat melihat standar mutu pada benih tersebut yang biasanya tertera pada kemasan (jika anda membeli di toko). Selain itu anda dapat melihat warna benih, campuran fisik dan perkecambahan benih tersebut. Secara umum, benih jagung dengan mutu yang baik ditandai dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
  • Memiliki daya tumbuh lebih dari 90%
  • Tidak tercampur dengan benih dari varietas lain
  • Tidak mengandung kotoran
  • Terbebas dari hama dan penyakit
  • Sehat dan bernas
  • Tampilan mengkilap dan tidak keriput

Untuk memastikan mutu benih yang berkualitas dan memiliki ciri seperti diatas adalah benih bersertifikat. Benih bersertifikat adalah benih yang terjamin dari satu varietas yang jelas, sistem produksi benih dengan pengawasan, serta sudah memenuhi standar sertifikasi benih baik dilapangan maupun laboratorium. Benih jagung bersertifikat bisa anda dapatkan di beberapa pada toko pertanian.

Penyiapan Benih Sebelum Ditanam

Sebelum membeli benih jagung dipasaran ataupun memproduksi benih sendiri, pastikan benih tersebut sesuai dengan kondisi lahan serta iklim tempat penanaman berlangsung. Untuk satu hektar lahan biasanya dibutuhkan sekitar 15-25 Kg benih. Sebelum melakukan penanaman benih, sebaiknya benih dicampur dengan fungisida seperti Benlate dan Ridomil agar terhindar akan serangan jamur.

Dan untuk menangkal serangan dari dari hama penggangu seperti lalat bibit atau ulat agrotis, bibit dapat ditanam bersama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3G. Dosis penggunaan fungisida maupun insektisida, dapat mengikuti petunjuk yang terdapat pada kemasan.

Penyimpanan Benih Jagung

Terkadang kita memproduksi benih atau membeli bibit melebihi dari yang kita butuhkan. Pada saat penanaman ternyata lahan yang kita miliki tidak dapat menampung semua benih yang kita punya. Maka pilihannya adalah dengan menyimpan benih tersebut untuk periode penanaman berikutnya. Proses penyimpanan benih tidak dapat dilakukan sebararangan guna menjaga mutu benih agar tidak menurun saat ditanam selanjutnya.

Proses penyimpanan benih yang baik tidaklah terlalu sulit dibandingkan penyimpanan benih tanaman lain. Faktor terpenting dalam penyimpanan benih jagung adalah benih harus dalam kondisi kering dengan kadar air tidak lebih dari 14%. Untuk suhu ruangan yang diperlukan adalah sekitar 40 derajat Celcius, dengan kondisi tersebut benih jagung dapat bertahan selama 2-3 tahun dengan penuruan mutu yang sangat minimal.

Pengolahan Media Tanam

Pengolahan media tanam atau tanah bertujuan untuk kondisi media tanam dalam keadaan baik, selain itu juga untuk mempersiapkan tingkat kegemburan tanah untuk perkembangan akar jagung. Untuk pengolahan media tanam, umumnya dilakukan dengan cara membersihkan tanah dan membuat lubang tanam sedalam 5-8 cm. Namun untuk menghemat biaya produksi dan waktu penanaman, beberpa petani juga melakukan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT).

Jarak Tanam

Mengatur jarak tanam menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya jagung. Semakin optimal kita dalam menentukan jarak tanam, maka hasil yang didapat pun akan semakin maksimal. Banyak petani yang memanfaatkan jarak tanam antar tumbuhan jagung dengan menanam tanaman lain atau istilahnya tumpangsari. Tanaman yang cukup populer dijadikan tumpangsari jagung adalah singkong dan padi.
Salah satu alasan sistem tumpangsari adalah, apabila salah satu jenis tanam mengalami gagal panen maka akan terganti dengan tanaman lain. jarak tanam yang biasa dilakukan pada sistem tumpang sari adalah 100 x 100 dan 100 x 150, bergantung pada komoditi komoditi tanaman yang ditumpangsari kan.
tumpangsari jagung

Cana menanam jagung adalah dengan cara membuat lubang dengan kedalam 5-10cm, bergantung pada kelmbaban tanah. Dalam setiap lubang diberi 2-3 butir benih jika lokasi lahan berupa tanah yang kering. Tumpangsari jagung dan padi gogo dapat ditanam secara bersamaan, dan ketika jagung berumur 1 bulan dapat ditanam dengan singkong.

Pemeliharaan Jangung Tupangsari

Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk pemeliharaan tanaman jagung tumpang sari, diantaranya :

1. Penyulaman

Penyulaman adalah proses mengganti tanaman jagung yang mati atau layu dengan tanaman yang baru. Penyulaman bertujuan untuk menjaga populasi batang tanaman agar tetap dalam jumlah yang diinginkan. Namun penyulaman hanya dapat dilakukan pada tanaman yang berumur kurang dari 2 minggu.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara embuang atau membersihkan gulma yang tumbuh pada sekitaran batang tanaman. Pembersihan gulma ini untuuk memastikan agar pertumbuhan tanaman tumpang sari tidak terganggu karena nutrisi yang dicuri oleh gulma. Perlu diketahui bahwa akar jagung tumbuh secara dangkal didalam tanah, untuk itu pada saat proses penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar.

3. Pemupukan

Dalam pertumbuhannya, tanaman jagung memerlukan unsur hara yang cukup agar pertumbuhannya tidak terganggu. Pemupukan mesti dilakukan dengan tepat, baik dari jenis pupuk maupun dosis yang diberikan. Dampak pemupukan yang tepat dapat memberi hasil yang positif seperti :
  • Mempertahankan keseimbangan unsur hara dalam tanah.
  • Meningkatkan daya ikat tanah dan air, sehingga tanaman lebih subur.
  • Meningkatkan produksi tanaman dari segi kualitas maupun kuantitas.

Pupuk untuk jagung dapat diberikan berupa pupuk kandang maupun pupuk anorganik seperti Urea, SP-36, KCl dan Fhoska. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali, yaitu pada saat umur 10 hari dan pemupukan selanjutnya dilakukan pada saat usia jagung 40 hari.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dikatakan sudah dilakukan mulai dari pembibitan jagung. Hal ini untuk memastikan tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik den memberikan hasil yang maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sedangkan penggunaan pestisida dapat dilakukan jika dibutuhkan.

Selain penggunaan varieatas bibit yang tahan hama serta sanitasi lingkungan, pengeluaran biaya untuk pembelian pestisida dapat ditekan. Pertanian dengan prinsip Pengendalian hama Terpadu (PHT) dapat menjaga lingkungan serta menghemat biaya produksi tanpa mengurangi hasil panen.

Masa Panen

Kedua proses ini juga tak kalah penting adalan budidaya jagung dengan sistem tumpangsari. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen jagung :

1. Waktu Panen Jagung

Waktu panen jagung ditentukan dari jenis buah yang ingin dihasilkan. Untuk mendapatkan buah dengan biji kering, panen dapat dilakukan pada saat berumur 103 hari atau ketika bulir jagung sudah membentuk lapisan hitam.  Namun untuk menhasilkan panen berupa jagung manis, waktu panen biasanya lebih singkat sekitar umur 63 - 67 hari setelah penanaman.

2. Tanda Jagung Yang Siap Panen

  • Kelobot atau kulit buah jagung sudah mulai mengering
  • Warna buah sudah menguning
  • Apabila dikupas bulir jagung terlihat mengkilap dan keras
  • Bila ditekan dengan kuku, tidak meninggalkan bekas

Pasca Panen

Setelah buah jagung dipetik dari batangnya, selanjutnya dilakukan pengupasan dan pemipilan bata jagung. Pengupasan juga dapat dilkukan pada saat buah masih menempel atau belum dipetik dari batangnya, tujuannya untuk mengurangi kadar air dalam tongkol jagung.

Setelah proses pengupasan selanjutnya dilakukan pemipilan atau pelepasan biji dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan menggunakan alat pemipil jagung untuk skala yang lebih besar. Biji yang sudah dipipil selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari sampai mengering. Biji jagung yang baik adalah yang memiliki kadar air kurang dari 14%, namun beberapa petani terkadang mengabaikan tingkat kadar air ini. Hal ini tentu membuat harga biji jagung menjadi turun dan merusak harga pasaran.

Untuk pengemasan biji jagung, diusahakan untuk memilih biji dengan ukuran dan bentuk yang seragam. Selain itu kebersihan biji juga perlu diperhatikan dengan cara memastikan tidak ada kotoran yang ikut tercampur dalam biji jagung. Pembersihan dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan alat. Biji yang bersih selanjutnya di kemas dengan berat menyesuaikan permintaan pasar, umumnya sekitar 50 - 70 Kg per karungnya.

Monday, July 16, 2018

Cara Budidaya Cengkeh Dengan 5 Langkah Mudah

cara budidaya cengkeh


Cara Budidaya CengkehEugenia Aromaticum, merupakan tumbuhan identitas Provinsi Maluku, yang banyak diminati karena fungsinya sebagai bumbu dapur dengan aromanya yang khas. Cengkeh atau cengkih juga dijadikan bahan utama pembuatan rokok di Indonesia. Menariknya, usaha budidaya cengkeh bisa bertahan lama. Meski sudah berumur lebih dari 100 tahun, pohon cengkeh tetap bisa berbunga dan menghasilkan cengkeh kualitas baik seperti sebelumnya.

Selain dapat dipanen meski pohon sudah berumur tua, kelebihan budidaya cengkeh lainnya adalah produktivitas tanaman yang terbilang relatif lama. Sebab itulah, potensi dan peluang usaha dari budidaya cengkih ini cukup menjanjikan. Namun, tentunya harus dibarengi dengan ketekunan dalam masa tanam dan perawatan, karena masa tanam cengkeh ini tergolong lama, tidak seperti palawija atau sayuran lainnya.

5 Cara Budidaya Cengkeh Praktis dan Mudah 

Cara Pemilihan Bibit Cengkeh

Ada beberapa klasifikasi atau syarat pemilihan bibit cengkeh yang unggul berkualitas baik :

  • Tinggi minimal 60cm atau 90cm. Masing-masing ukuran tentunya disesuaikan dengan umur tanaman, 60cm untuk yang berumur 1 tahun, dan 90cm untuk tanaman berumur 2 tahun.
  • Akar tunggang lurus, menandakan bahwa bibit sehat. Panjang akar tunggang ini kira kira 45cm.
  • Batang tunggal, dengan 14 cabang dengan daun berwarna hijau tua disetiap cabangnya.

Proses dan Masa Tanam Cengkeh


Setelah mendapatkan bibit unggul untuk budidaya cengkeh, langkah berikutnya adalah menyiapkan lahan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

  • Lakukan penyiangan lahan, atau pembersihan dari gulma dan rumput liar.
  • Cangkul tanah agar gembur dan diamkan selama seminggu.
  • Beri kapur dolomit untuk meningkatkan keasaman tanah (1 ton per 1 hektar tanah).
  • Buatlah lubang tanam 75m3 (perhatikan jarak tanam antar pohon, 4x4m atau 5x5m) dan tambahkan pupuk kandang sebagai penambah unsur hara tanah.
  • Diamkan kembali selama sebulan

Ada baiknya untuk memulai budidaya cengkeh pada awal musim hujan agar bibit mendapatkan curah hujan yang cukup. Masa tanam cengkeh bervariasi sesuai varietasnya, pada umumnya 5-7 tahun.

Cara Merawat Cengkeh

Masa pemeliharaan tanaman cengkeh umur 1-5 tahun adalah masa yang paling rawan terkena hama dan kekeringan. Perhatikan beberapa hal berikut ini selama masa pemeliharaan :

  • Lakukan pula penyiangan, agar tumbuhan cengkih bisa tumbuh seragam seperti bibit lainnya.
  • Penyulaman atau penggantian tanaman cengkih yang mati dengan bibit baru, agar tanam cengkih bisa seragam.
  • Pemasangan mulsa menjelang kemarau agar kelembaban tanan terjaga.

Pemupukan Tanaman Cengkeh

Pemupukan dilakukan setiap 2 kali dalam setahun atau sekali per semester, tepatnya diawal dan diakhir musim penghujan. Pemupukan ini dikhususkan untuk pupuk kandang atau kompos yang dilanjutkan dengan penggemburan tanah. Sedangkan pupuk tablet atau anorganik dilakukan cukup sekali dalam setahun pada awal musim penghujan.

Masa Panen Cengkeh

Panen budidaya cengkeh bisa didapatkan setelah 5-7 tahun masa tanam. Panen sebaiknya dilakukan sebelum bunga cengkeh merekah. Setelah dipetik, cengkeh dapat langsung dijual atau melalui tahapan pengeringan (dijemur dibawah sinar matahari terlebih dahulu, baru dijual).

Cukup mudah, kan? Dengan ketelatenan tinggi, diharapkan panen yang dihasilkan dari budidaya cengkeh bisa berkualitas bagus dan berdampak pada keuntungan yang didapat. Semoga bermanfaat.